Sudah siap digantikan oleh AI atau robot? Jangan panik dulu, baca sampai selesai



Moonhill Indonesia (moonhill.id) - Baru-baru ini, media di Amerika memberitakan tentang Google dan beberapa perusahaan besar lain yang memberhentikan sebagian besar pekerja mereka karena posisi mereka digantikan dengan AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan. 

Banyak yg memprediksi kalau hal ini akan terus berlanjut; para pegawai akan dirumahkan dan digantikan oleh AI. Padahal sebelumnya, banyak orang memprediksi kalau perusahaan teknologi raksasa bakal lebih sibuk recovery dari efek pandemi, termasuk inflasi, perang, dan lain sebagainya.

Lalu bagaimana dengan kita? Apa kita sudah siap digantikan oleh AI atau robot?

Sebelum kamu panik, atau buru-buru menjawab pertanyaan di atas, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan. Memang gerakan menggantikan pekerja manusia dengan AI sudah dimulai, tapi ada beberapa pertimbangan yang perlu kita ketahui supaya gak panik-panik-panik. Apa aja? Mari, simak sampai akhir!


1. Kondisi negara maju, berbeda dengan negara berkembang

Untungnya, kita tinggal di Indonesia, negara berkembang –– yang sering lupa kalau tugasnya hanya ngembang –– jadi, pahamilah kalau keadaan di negara-negara maju, bisa sangat berbeda dengan situasi di negara kita, negara yang masih berkembang.

Di negara-negara 4 musim terutama, biaya SDM (sumber daya manusia) lebih mahal daripada pakai mesin. Belum lagi, kebutuhan manusia itu beragam dan kompleks, misalnya, muncul gerakan pekerja menuntut jam kerja yang lebih singkat, gaji yang lebih tinggi, lalu hari libur yang lebih banyak. 

Gak bermaksud mengatakan kalau gerakan itu salah, tetapi dari sisi pengusaha, apa yang harus dilakukan jika sudah seperti itu?

Sementara di Indonesia sendiri, SDM masih terjangkau, walau pun kualitasnya masih relatif. Selain itu, akses dan harga mesin pun masih beda-beda tipis dengan SDM yang ada. Tambah lagi, jenis-jenis pekerjaan yang ada di Indonesia, masih belum banyak yang bisa digantikan oleh AI atau robot.


Illustration source freepik.com


2. Membuat AI atau robot yang fungsional itu jauh lebih sulit dan lebih mahal

Banyak orang mengira kesannya mudah sekali menggantikan manusia dengan robot. Padahal, pada prakteknya, taukah kamu betapa pusingnya membuat robot yang bisa cuci piring seperi kita, manusia? 

Jangankan robot yang bisa cuci piring seperti manusia, membuat tangan robot seperti desain tangan manusia itu sangat-sangat rumit dan kompleks loh! Apalagi mau membuat robot yang serupa manusia dari atas sampai bawah.

Sama seperti robot, AI juga bentuk robot yang tidak punya wujud fisik. Untuk sampai ke AI Generative Models seperti yang kita kenal sekarang (ChatGPT, MidJourney, Dall-e) itu memakan waktu yang gak sebentar. Mereka udah mengembangkan AI sejak tahun 1960-an untuk ada di posisi saat ini. Coba itung berapa lama tuh kira-kira? Lalu, pertimbangkan juga berapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk pengembangan, pembangunan, dan menjalankan teknologi tersebut. 

Makanya, kita tidak perlu kaget kalau hanya perusahaan besar seperi Google dan Microsoft yang punya dana untuk menggantikan pekerja mereka dengan AI. Wajar, karena Google punya model AI mereka sendiri yang diberi nama Gemini. Sementara, Microsoft udah gandengan dengan OpenAI pengembang ChatGPT dan Dall-E.


Illustration source freepik.com


3. Munculnya lapangan pekerjaan baru yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya

Sebelum internet jadi bagian dalam kehidupan kita sehari-hari, hampir gak ada manusia yang kepikiran kalau content creator akan jadi lapangan pekerjaan. Gak ada juga yang membayangkan munculnya beragam pekerjaan baru untuk memenuhi kebutuhan bisnis dan industri. Gak ada juga yang menyangka kita akan punya BitCoin dan mata uang kripto lainnya.

Revolusi industri memang akan menggantikan beberapa pekerjaan dengan pekerjaan baru. Sering kali pekerjaan baru itu gak pernah kita bayangkan sebelumnya. Pada akhirnya, sejarah pun mencatat, teknologi akan menggantikan banyak hal yang berbahaya jika dilakukan manusia, misalnya menjelajahi planet baru, melakukan adegan berbahaya dalam syuting film, dan lain sebagainya.

Jadi, daripada kita panik-panik-panik melihat trend ini mulai berlangsung, ada baiknya kita mulai menyiapkan diri dengan hadirnya teknologi baru dan dimulainya Revolusi Industri 4.0.

Supaya kamu gak ketinggalan update seputar AI, Teknologi, Bisnis dan Industri, ikuti Moonhill.id di channel telegram untuk dapatkan notifikasi.


Sumber-sumber:

Anyoha, R. (2020) The history of Artificial Intelligence, Harvard Science in The News. Available at: https://sitn.hms.harvard.edu/flash/2017/history-artificial-intelligence/ (Accessed: 21 January 2024).

The Alan Turing Institute (2023) The turing lectures: The future of generative AI, YouTube. Available at: https://www.youtube.com/watch?v=2kSl0xkq2lM (Accessed: 21 January 2024).

Tesalonika

Interdisciplinary artist with background studies in Japanese literature, humanities and creative robotics. Learn more: tesalonika.com instagram email

Kamu bisa beri komentar sebagai Anonim, NAMA dan URL Medsos, atau akun Google. Tidak ada moderasi komentar di situs kami. Isi komentar pengguna di luar tanggunjawab Moonhill Indonesia.

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama
Pengunjung situs blog ini diangap telah membaca dan setuju dengan disclaimer konten kami.

Mau terus update? Ikuti kami di Telegram, Whatsapp atau langganan surat kabar via email di bawah ini, GRATIS!!!



Jika blog ini bermanfaat, kamu bisa mendukung kreator menghasilkan lebih banyak konten bermanfaat dengan cara memberi donasi.